Ribuan pemudik mengisi Stasiun Gambir dengan keinginan untuk segera bertemu keluarga mereka di kampung halaman mereka pada H-3 Lebaran 2025.
Saat antrean tiket mengular dan suara pengumuman keberangkatan kereta bersahutan, keramaian semakin menjadi-jadi.
Sosok-sosok berbaju merah terlihat selalu siaga di tengah keramaian itu. Mereka tidak berencana untuk pulang, tetapi sebaliknya harus bertahan untuk memastikan pemudik tetap sehat dan aman saat pergi ke rumah.
Sosok-sosok berseragam merah itu adalah petugas Palang Merah Indonesia (PMI), yang merupakan bagian penting dari upayanya untuk memastikan mudik yang aman dan sehat.
Supriyatna, petugas ambulans PMI, sudah bersiap di antara mereka sejak pagi di stasiun. Saat arus mudik tahun ini, dia bertugas di posko PMI Stasiun Gambir untuk kesepuluh kalinya.
Mereka yang bekerja di PMI, seperti Supriyatna, harus selalu siaga. seperti yang terjadi siang itu ketika seorang pria tiba-tiba jatuh terduduk di peron. Ketika keringat dingin mengalir di pelipisnya, wajahnya menjadi cerah.
Dengan cepat, Supriyatna dan rekannya membopong pria itu ke posko untuk diperiksa. Akibat kelelahan dan tidak makan sejak pagi, pria itu ternyata mengalami tekanan darah rendah. Akhirnya, pria itu bisa melanjutkan perjalanan setelah mendapatkan perawatan dan beristirahat sejenak.
Bagi Supriyatna, tetap siaga di stasiun saat arus mudik adalah panggilan hati dan bukan sekadar tugas. Meskipun dia tidak bisa mudik lebih awal daripada kebanyakan orang, dia tidak berkecil hati dan tetap memilih berjaga untuk memastikan para pemudik sampai ke tujuan dalam kondisi sehat.
Setiap tahun, keluhan pemudik yang paling umum adalah kelelahan, dehidrasi, dan tekanan darah tinggi.
Banyak pemudik berangkat tanpa persiapan yang cukup; mereka kurang tidur, minum terlalu sedikit, dan berdiri terlalu lama dalam antrean. Tidak jarang, keadaan ini menyebabkan mereka runtuh sebelum sempat naik kereta.
Cuaca panas dan orang banyak di stasiun juga meningkatkan risiko. Selain itu, seorang pemudik yang memiliki riwayat penyakit jantung mendapatkan pertolongan pertama sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sukses dan kesulitan dalam pekerjaan
Tidak mudah bagi Supriyatna dan rekan-rekannya untuk melakukan tugas saat arus mudik. Jadwal yang padat, kurang istirahat, dan harus selalu bekerja membuat Anda merasa lelah.
Semangatnya tetap hidup meskipun dia lelah. Ia menyadari bahwa menunjukkan kelelahan tidak bijaksana dalam situasi seperti ini. Dia menyatakan bahwa menjaga ritme antara kerja dan istirahat adalah penting untuk tetap bugar.
Dia juga mengatakan bahwa bertugas di tengah hiruk-pikuk stasiun menjelang Lebaran bukan hanya pekerjaan. Dalam dirinya ada dorongan kuat yang mendorongnya untuk melakukan tugas dengan sepenuh hati.
Ada kepuasan batin yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, tetapi tidak ada imbalan materi atau tepuk tangan hangat. Dia sangat senang melihat pemudik dapat melanjutkan perjalanan dengan sehat.
“Lebaran memang tentang pulang dan berkumpul dengan keluarga, tapi bagi kami, kebahagiaan itu juga terasa ketika bisa membantu mereka sampai dengan selamat,” kata Supriyatna dengan senyum.
Salah satu momen yang paling membekas baginya adalah ketika seorang pemudik yang dia bantu tahun lalu kembali menemui tim PMI; pemudik itu datang untuk mengucapkan terima kasih, bukan untuk meminta bantuan.
Moment-moment seperti itulah yang membuat Supriyatna dan rekannya tetap bersemangat untuk menyelesaikan tugas. Meskipun mereka harus melewatkan waktu bersama keluarga, mereka menyadari bahwa tindakan mereka adalah bagian penting dari perjalanan mudik yang aman dan sehat.
Mereka tetap berjaga hingga malam tiba dan arus manusia tidak juga surut. Mereka tetap hidup di tengah gelombang orang yang ingin pulang. Mereka telah berusaha keras untuk membantu pemudik selama mudik Lebaran.
Mereka bekerja tanpa pamrih dan sering mengorbankan waktu untuk bersama keluarga untuk memastikan semua pemudik sampai dengan selamat. Orang-orang yang pergi ke kampung halaman merasa aman dan nyaman karena mereka ada di posko kesehatan.
Posko kesehatan Stasiun Gambir beroperasi setiap hari dari H-7 hingga H+7 Lebaran, atau dari 24 Maret hingga 8 April 2025. Posko ini melayani penumpang selama 24 jam untuk menangani keluhan kesehatan mereka, termasuk pemeriksaan tekanan darah dan penanganan keluhan ringan.
Kerja sama antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Daop 1 Jakarta dengan berbagai lembaga kesehatan, seperti Puskesmas Gambir, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, PMI, dan Pusat Krisis dan Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah (PK3D) DKI Jakarta, memungkinkan operasional posko kesehatan ini. Dengan bekerja sama, kami dapat memastikan bahwa posko memiliki tenaga medis yang kompeten dan fasilitas yang memadai untuk memberikan layanan terbaik kepada pemudik.
Selama arus mudik, MI Kota Jakarta Pusat memberikan layanan kesehatan yang sangat penting. Stasiun Gambir, Pasar Senen, dan Tanah Abang adalah beberapa lokasi penting di mana mereka membangun pos pertolongan pertama. Sebanyak 76 relawan, termasuk dokter dan paramedis, ditugaskan untuk memberikan layanan medis kepada para pemudik. Mereka ditugaskan dari H-3 atau 28 Maret hingga H+4 atau 4 April 2025.
Dengan adanya layanan pos kesehatan ini, para pemudik diharapkan dapat menjalani perjalanan mereka dengan lebih tenang dan yakin tentang kesehatan mereka, sehingga mereka dapat merayakan Lebaran dengan bahagia bersama keluarga.
